Jare Lutfi Nganter Ibu ke Puskesmas

tekanan darah tinggi

Hari itu ibu mengeluh kalo dada dan kepalanya sakit, ditambah lagi kaki kanannya bengkak. Aku tanya kenapa kakinya bengkak, apa ke bentur sesuatu? Ibu bilang tidak. Akhirnya aku menghentikan aktifitas kerjaku dan nganter ibu ke puskesmas, ibu minta dianter ke situ.

Aku bersiap-siap dan mengeluarkan sepeda motor, kami pun berangkat ke puskesmas sekitar pukul 08.30 wib. Setibanya disana aku minta ibu duduk, aku mengambil nomer antrian dan mendaftar di bagian pendaftaran. Aku serahkan ktp ibu ke petugas pendaftaran, petugas itu sempat menanyakan apakah kami menggunakan jamkesmas? Aku bilang tidak.  Setelah itu Ibu tinggal menunggu giliran untuk diperiksa, aku sedikit was-was saat itu.

Dalam penantian aku sembari melakukan aktifitas online menggunakan smartphone, namun aku diliputi kegelisahan dan tidak bisa fokus. Dadaku terasa sesak dan sesekali aku mengambil nafas panjang, entah kabar apa yang akan aku dengar? Ibuku sempat bertanya kenapa aku terlihat gusar, apa disini gak dapat sinyal? (saat itu kan aku sambil pegang HP) Gak apa-apa, Bu. Jawabku

Kami menunggu cukup lama karena pada waktu itu banyak orang berobat di puskesmas, ibu mendapat giliran diperiksa kira-kira pukul 11.35 wib. Sementara ibu diperiksa, aku menunggu diluar dengan harap-harap cemas.

Ibu keluar dari ruang pemeriksaan, kemudian ibu memberikan resep ke bagian obat. Aku menghampiri ibu dan bertanya apa kata dokter? Tekanan darah ibu naik 160 dan ibu disuruh ngasrep (makan makanan tanpa rasa), masih mending kan daripada 180? Aku jawab “mending apanya? Sama aja itu tekanan darah tinggi”.  Emang normalnya berapa? Ya, normalnya 120.. itu terpaut 40 diatas normal. Ibu menerima obat, dan kami pun beranjak pulang. 

Sepulangnya dari puskesmas aku duduk di ruang tamu sembari melepas lelahku. Ibu menghampiriku dengan membawa obat dan segalas air, beliau memintaku untuk membacakan aturan minum obat. aku melarang Ibu minum obat karena aturanya obat itu diminum setelah makan. Lalu Ibu memintaku untuk membeli timun di warung… Finally, Ibu makan dengan lauk mentimun saja.

Dalam benakku aku berpikir “Akhirnya ibu mengalami apa yang pernah bapak alami”. Disuruh ngasrep! Betapa tidak enaknya aturan dokter itu karena dulu bapak sering melanggar aturan itu hingga kami jarang bisa mencegahnya. Dan kami membiarkan hal itu berjalan apa adanya sampai bapak menutup mata untuk selamanya.

Kemudian aku bertanya-tanya adakah makanan khusus untuk penderita hipertensi? Pasti ada! Kenapa tidak sejak dulu pemikiran ini muncul? Aku mulai mencari resep masakan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi di internet.  Aku berharap ibu bisa sembuh atau paling tidak beliau bisa menikmati makanannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar