Jare sebuah tamparan

Sebuah tamparan, ternyata pondasi yang aku bangun masih rapuh. Bahkan cenderung aku mengabaikannya, mungkinkah aku jera?

Aku terlena begitu lama hingga aku terus-terusan hidup dalam rasa yang disebut cinta, aku lupa bahwa itu bukanlah sebuah tujuan hidup namun hanya sekedar pelengkap hidup.

Aku lupa bahwa sebagai lelaki, akulah yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Bisakah aku jera dan mengesampingkan urusan cinta? Cinta tak bisa memenuhi kebutuhanku dan Ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar